S.Kom.
Sarjana Komputer bukan Sarjana Komunikasi.
Banyak orang mengira saya adalah lulusan sarjana komunikasi, ketika melihat titel S.Kom di belakang nama saya. Entah karena memang mereka tidak tahu, atau mereka melihat tampang saya tidak cocok sebagai 'orang komputer'. Haha. Memang orang-orang yang senang bergelut di dunia komputerisasi alias 'orang komputer' selalu diidentikan dengan tampang yang culun, tidak modis dan tidak bisa bersosialisasi dengan baik (karena beda bahasa, bisanya bahasa komputer alias coding).
Namun sebenarnya tidak.
Saya bisa membantah stigma tersebut. Karena pada kenyataannya, banyak sekali senior, teman-teman dan junior di kampus saya terdahulu, yang sangat jago di bidang komputer, namun mereka tetap modis, keren dan punya banyak teman. Malahan beberapa di antara mereka ada yang menjadi pimpinan organisasi kemahasiswaan seperti Ketua Himpunan, Ketua BEM Fakultas atau petinggi-petinggi ormawa (Organisasi Kemahasiswaan) lainnya.
Jika dibilang kesasar jurusan atau tidak, YA, saya memang kesasar.
Tapi jika ditanya apakah saya menyesal?
Saya menjawab "tidak menyesal".
Memang dunia komputer bukanlah dunia saya. Semua orang terdekat saya pun tahu akan hal itu. Bahkan bukan hanya orang terdekat. Orang yang baru kenal saya beberapa jam-pun, pasti dapat menyimpulkan bahwa saya 'bukan-orang-komputer-banget'.
Sejak awal SMP, saya merasa bahwa dunia saya adalah dunia public speaking. Terlebih ketika saya menjadi Ketua OSIS di tahun kedua dan mengikuti perlombaan dan club pidato bahasa inggris di sekolah. Saya merasa menemukan passsion saya. Yaitu, saya suka berorganisasi, berkomunikasi di depan publik dan belajar bahasa.
Di SMA, saya seperti menemukan passion saya yang baru. Saya memang sangat menyukai alam. Terlebih mempelajari alam. Kebetulan, saya tergabung dalam Tim Olimpiade Nasional Bidang Mata Pelajaran Kebumian (Earthscience). Di mana, saya mempelajari alam dari inti bumi (geologi) hingga bintang di langit sana (astronomi). Selama tiga tahun saya jarang sekali mengikuti pelajaran di dalam kelas karena selalu mengikuti pelatihan untuk olimpiade tersebut. Bahkan sadisnya, pernah dalam semester, terhitung saya hanya masuk 2 bulan saja.
Namun saya tetap kembali dengan passion public speaking saya, yaitu saya mengikuti Pertukaran Pelajar ke Jepang dan Lomba Pidato Bahasa Turki tingkat Internasional di Ankara, Turki.
Dan lulus dari SMA, saya mengambil jurusan Sistem Informasi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Inti dari cerita saya itu adalah, hidup saya 'gak nyambung' banget.
Kadang saya ingin tertawa sendiri melihat perjalanan hidup saya yang begitu 'nano-nano'.
Mulai dari public speaking, ilmu kebumian dan komputer, yang sama sekali tidak ada korelasinya alias 'gak nyambung'.
Tetapi saya sangat menikmatinya.
Memang dulu sempat terpikir untuk melanjutkan kuliah di Jurusan Geologi. Namun dasar mental saya (mungkin dulu masih) mental 'tempe', saya terlalu takut untuk dilepas di hutan sendiri, berjalan menyusuri Goa Karst atau mendaki bukit kapur yang sangat tinggi. Akhirnya, saya memutuskan meninggalkan dunia geologi.
Kemudian, saya berpikir untuk meneruskan pendidikan ke jurusan Hubungan Internasional (HI). Memang dasar belum jodoh, atau memang Allah menunjukkan jalan yang lain, saya tidak pernah lulus tes masuk jurusan HI di Universitas Indonesia. Hanya sekali lulus tes, itu pun di Universitas Swasta. Malahan saya lulus masuk Fakultas Kedokteran.
Memang semua kembali ke restu orang tua.
Mama Papa tidak setuju saya kuliah Kedokteran karena katanya sudah banyak yang jadi dokter dan lulusnya lama banget. Beliau juga tidak setuju kuliah di HI, karena itu jurusan untuk anak IPS (padahal banyak sekali teman saya yang IPA masuk ke jurusan HI).
Kedua orang tua saya yang ajaib ini pun menggiring saya untuk "sekolah teknik aja, dek."
Geologi saya tidak mau. Arsitek atau sipil, saya tidak jago gambar. Akhirnya tercetuslah saya untuk sekolah komputer.
Dengan alasan,
"Besok, di tahun 2020 semuanya udah serba teknologi dan internet. Jangan mau ketinggalan. Kamu harus jadi orang yang paling update." kata Papa saya kala itu di tahun 2010.
Saya ingin tertawa mendengar alasan itu.
Sejatinya saya tetap ngeyel untuk selalu memilih jurusan HI di tes yang saya ikuti. Dan itu selalu gagal. Hingga akhirnya saya tes di ITS (mungkin kalau di ITS ada jurusan HI, bakal saya pilih jurusan itu, haha.) saya memilih jurusan Sistem Informasi.
Mengapa?
Karena saya pikir, porsi belajar komputernya pasti lebih sedikit dibanding Informatika.
Dan ternyata benar.
Tapi yang bikin saya sedih sekali, titelnya tetap S.Kom alias Sarjana Komputer.
Haha.
Nah lho, mau gak mau harus tetap bisa coding loh yah.
Ajaibnya, Saya menjalani 4 tahun di bangku kuliah dengan sangat bahagia. Memang ada kalanya sedih hingga menangis-bombay, tapi saya sangat menikmati masa kuliah saya. Saya dikelilingi oleh teman-teman yang sangat luar biasa, di mana saya merasa diterima dengan baik oleh mereka semua.
Saya sadar, mengemban amanah seorang S.Kom itu berat.
Waktu saya Kerja Praktik (KP) di tahun ke-3 (pada saat itu saya KP di Bank Indonesia Jakarta), mentor KP saya memberikan ultimatum,
"Untung kamu cewek, saya kasih kerjaan planning dan kajian strategis. Coba kalau kamu cowok, udah saya suruh ngoding."
Haha. Ada kebanggaan tersendiri saya dilahirkan sebagai seorang perempuan kala itu.
Saya memang tidak jago ngoding. Bahasa pemograman yang pernah saya pelajari-pun hanyalah Java dan PHP (web). Database juga 'gak jago-jago amat'. Jaringan apalagi.
Saya memang tidak ahli di bidang teknis.
Tapi saya sangat menyukai ilmu manajemen. Seperti Manajemen Risiko IT, Manajemen Investasi IT, Tata Kelola dan Audit IT, Perencanaan Strategis Sistem Informasi, dan ilmu kajian strategis IT lainnya. Saya seperti menemukan dunia saya di sana.
Oleh karena itu saya menyadari, bahwa mengemban amanah seorang S.Kom itu 'bukan melulu' masalah coding atau pemrograman. Ada banyak hal yang bisa kita tekuni.
Saya yakin, banyak yang tidak setuju dengan opini saya ini.
Saya yakin, di luar sana ada jutaan orang yang berpikir bahwa S.Kom harus pintar ngoding.
Bagi saya, tergantung mau jadi apa kita nanti.
Karena pelajaran yang selalu diajarkan oleh Papa saya adalah,
"Tidak ada di dunia ini yang HARUS, kecuali ajaran agama dan peraturan pemerintah atau UUD 1945. Semua adalah tergantung kita. Mau jadi apa, mau seperti apa, hanya diri kita dan passion kita yang bisa menentukan."
Jadi, saya tetap mensyukuri, di mana kemampuan teknis saya yang begitu terbatas, saya memiliki keyakinan untuk lebih memilih ilmu manajemen di bidang komputer. Bukan berarti ahli. Belum. Saya belum ahli. At least, saya sudah merasa suka dan nyaman untuk berbetah-betah di depan komputer ketika mengasah ide dalam bidang tersebut.
Tulisan ini bukan berarti saya mengajarkan teman-teman S.Kom untuk "gak usah belajar ngoding".
Tapi, saya mengajak teman-teman untuk sadar,
Apa kelebihan kita?
Di mana passion kita?
dan yang terpenting....
"Mau jadi apa kita nanti?"
Keliatannya kemampuan "kita" kalo diadu ama anak SMA yg hobby ke warnet masalah coding kalah deh wkwkwkwkwk
ReplyDeleteDalam perjalanan hidup kita, kadang jalan tak sesuai dengan yang kita rencanakan. Kadang belok kiri,kadang kanan...................Yang penting sampai tujuan ......
ReplyDelete